Snippet

'Jack The Giant Slayer' (3D): Petualangan Jack dengan Biji-bijian Ajaibnya

Jakarta - Masih ingatkah Anda dengan dongeng klasik tentang seorang bocah bernama Jack yang mempunyai biji-bijian ajaib yang bisa berubah menjadi pohon raksasa? 'Jack The Giant Slayer' adalah adaptasi terbaru dari kisah tersebut dengan biaya raksasa sebesar 195 juta dollar AS.

Kita kesampingkan dulu keraguan yang mungkin kerap muncul setiap menghadapi ramuan Hollywood terbaru yang gemar merombak dongeng-dongeng lama ('Alice In Wonderland', 'Red Riding Hood', 'Mirror Mirror', 'Snow White and the Huntsmen', 'Hansel and Gretel: Witch Hunters)'. 'Jack The Giant Slayer' merupakan tawaran yang menggiurkan dengan deretan cast keren seperti Nicholas Hoult, Ewan McGregor, Ian McShane sampai Stanley Tucci. Jangan lupa juga nama Bryan Singer di belakangnya yang punya reputasi dahsyat.

Jack (Nicholas Hoult) adalah seorang pemuda dengan daddy issue. Ia gemar mendengarkan cerita dongeng tentang Raja Erik yang berhasil mengalahkan para raksasa. Hal itu membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang lebih percaya kata-kata orang asing. Hingga suatu saat ia membuat pamannya marah ketika kuda yang tadinya mau dijual malah ditukar dengan biji-bijian.

Sementara itu di sebuah kerajaan bernama Cloister, hiduplah seorang putri cantik bernama Isabelle (Eleanor Tomlison). Mirip dengan Jack, Isabelle menderita mother issue. Ibunya yang cantik dan baik hati mengajarinya untuk mendapatkan suami berbekal cinta sejati. Hal yang tidak hanya membuat sang ayah (Ian McShane) gusar namun juga calon suaminya, Roderick (Stanley Tucci) jadi bete.

Tinggal menunggu waktu sampai Putri Isabelle melarikan diri demi mendapatkan cinta sejatinya, dan saat itulah dia bertemu dengan Jack. Namun kisah cinta ini belum dimulai sampai biji-bijian ajaib pemberian seorang biawaran kepada Jack berubah menjadi pohon raksasa dan membawa Jack dan Isabelle ke dalam sebuah petualangan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

'Jack The Giant Slayer' dirilis ketika penonton sudah mulai jenuh (kalau Anda mau menghindari kata muak) dengan rumus terbaru Hollywood yang gemar memoles dongeng-dongeng lama. Baru Januari lalu kita menyaksikan kisah klasik Grimm Brothers berubah menjadi film action dewasa garis keras dengan ketelanjangan, darah di mana-mana dan potongan tubuh manusia dalam 'Hansel and Gretel: Witch Hunters', tidak sampai tiga bulan kemudian film ini dirilis.

Lalu apakah film ini berhasil mengatasi kejenuhan tersebut? Ternyata tidak. Walaupun Bryan Singer ('The Usual Suspects', 'X-Men' 1 dan 2 dan tentu saja uhm... 'Superman Returns') tampaknya berusaha keras membuat film ini menjadi berkesan, 'Jack The Giant Slater' tetap menjadi sebuah film yang biasa-biasa saja. Kisah cinta antara Jack dan Isabelle sudah bisa ditebak dari awal kemunculan mereka berdua.

Obsesi Roderick menjadi raja dan kehadirannya yang akan menjadi penengah perang antara raksasa dengan manusia juga sudah bisa tercium baunya sejak awal kemunculannya. Adegan klimaks perang tersebut juga biasa-biasa saja.

Nicholas Hoult tampil lebih menyenangkan dalam 'Warm Bodies' yang masih tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Walaupun begitu, chemistry-nya dengan Ewan McGregor cukup patut diberi pujian. Sementara chemistry-nya dengan Eleanor Tomlison tidak berpengaruh apa-apa meskipun mereka berdua berciuman di pohon raksasa dengan sinar rembulan. Stanley Tucci cukup beringas namun tidak cukup kuat untuk menyelamatkan film ini.

Sebagai film yang mengandalkan CGI, 'Jack The Giant Slayer' juga tidak menawarkan sesuatu yang akan membuat Anda terperangah. Sinematografinya cukup indah dengan panorama yang menggiurkan, namun tidak ada gambar yang cukup memorable. Efek 3D-nya memang lumayan berhasil membuat benda-benda nampak meloncat di layar. Namun, jika dibandingkan dengan kerja Ang Lee yang berhasil mengubah 3D menjadi puisi dalam 'Life of Pi', film ini tidak menawarkan sesuatu yang inovatif dalam 3D-nya. Yang lagi-lagi memperkuat rumus Hollywood bahwa kalau Anda tidak bisa membuat film bagus, rilislah dalam bentuk 3D.

Namun, bagi Anda yang memiliki putra-putri atau keponakan yang masih bisa terbujuk dengan dongeng happy ending, 'Jack The Giant Slayer' bisa jadi rekomendasi. Film ini tidak membosankan meskipun tampil cukup mediocre. Hal yang sama seperti yang saya rasakan ketika saya menonton 'Superman Returns' beberapa tahun lalu.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.


Sumber : detik

Leave a Reply